Jakarta, BisnisSultra.com-Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo bicara soal pentingnya diversifikasi mata uang lokal lewat implementasi Local Currency Settlement (LCS), untuk stabilitas perekonomian, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Menurut Perry, diversifikasi mata uang secara otomatis turut menstimulus investasi dan perdagangan global negara berkembang, mengurangi kerentanan dan potensi dampak sistemik dari guncangan perekonomian global.
“LCS sebagai salah satu implementasi diversifikasi mata uang dapat mengendalikan volatilitas (kecenderungan perubahan) nilai tukar dan mendukung ekonomi,” kata Perry, Rabu (16/02/2022).
Tercatat pada tahun 2022, transaksi LCS ditargetkan meningkat setelah tumbuh signifikan di tahun 202. Transaksi ini direncanakan akan merambah negara lainnya.
Hal senada disampaikan oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati. Turbulensi’ pandemi Covid-19, tak dipungkiri berdampak besar terhadap pasar keuangan, perdagangan dan juga investasi. Karena itu, menurut Sri, sangat wajar jika Indonesia telah mempersiapkan diri melalui serangkaian langkah signifikan dan fundamental untuk menghadapi volatilitas di pasar keuangan, baik untuk mengelola sentimen pasar maupun dalam mengantisipasi respons kebijakan yang ditempuh oleh negara maju (advance country). Ia sekaligus mengapresiasi langkah solutif Bank Indonesia yang telah mendorong implementasi LCS sejak 2018.
“Salah satu inisiatif bilateral strategis yang ditempuh untuk mengimplementasikan diversifikasi mata uang yakni melalui penggunaan Local Currency Settlement (LCS) untuk mendukung stabilitas perekonomian,” ujar Sri Mulyani dalam sesi Leader’s Insight bertajuk “Strategic Policy Framework to Enhance The Usage of Local Currency Settlement in Trade and Investment in Asia”, di Jakarta (16/02/2022).
Gubernur People’s Bank of China (PBC), Yi Gang, turut menyampaikan dukungan PBC pada skema diversifikasi mata uang. Yi Gang optimis bahwa skema kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal (LCS) dapat meningkatkan perdagangan dan investasi.
“Dukungan ini irealisasikan melalui implementasi LCS antara Tiongkok dengan Indonesia yang dipercaya memperkuat ekonomi kedua negara sekaligus mendukung percepatan pemulihan ekonomi di kawasan Asia,” ungkapnya.
Dalam sesi high level discussion itu, Chief Representative of The Bank for International Settlements (BIS) for Asia and The Pacific, Siddharth Tiwari, menambahkan perlunya mendorong daya tarik pasar mata uang lokal melalui pengembangan pasar keuangan dengan penggunaan mata lokal diantaranya pasar surat utang negara, pasar Repurchase agreement (Repo) atau surat berharga, dan pasar derivatif seperti suku bunga, saham dan lainnya, untuk lindung nilai atas risiko nilai tukar.
“Kami juga mendorong bank sentral menggandeng para investor untuk meningkatkan investasinya pada surat utang korporasi dalam mata uang lokal, seperti BIS Asian Bond Fund,” pungkas Siddharth.