KENDARI, BisnisSultra.com – Kota Kendari sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memastikan diri pada tahun 2022 ini akan membangun kawasan industri di daerah Abeli.
Proyek pembangunan kawasan industri ini akan berada diatas lahan sekitar 400 hektar. Oleh Pemerintah Kota Kendari, pembebasan lahannya kini dalam tahap penyelesaian dan sesuai rencana tata ruang wilayah atau RTRW Kota Kendari.
Walikota Kendari Kendari, Sulkarnain Kadir mengatakan, terkait rencana proyek ini, masih menunggu izin dari pemerintah pusat sedangkan tugas utama di daerah hanya memastikan tidak ada aturan yang dilanggar.
“Ini juga sudah sesuai dengan RTRW yang lama, maupun usulan revisi RTRW kita yang ada di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB),” kata Sulkarnan dikutip Antara, Rabu (20/4/2022).
Sulkarnain Kadir berharap dibangunnya kawasan industri ini nantinya diperkirakan dapat menyerab ribuan tenaga kerja, bagi masyarakat di kota Kendari, dan Sultra pada umumnya.
“Berharap kedepannya, proyek ini menjadi proyek strategis nasional supaya tidak saja menjadi milik Pemda Kota Kendari tapi menjadi kepentingan nasional” ujar Sulkarnain.
Kawasan Indutri nanti akan berada di empat kelurahan seperti, Benua nirae, Tobimeita, Abeli, dan Petoaha. Lahan milik warga akan dibebaskan sesuai aturan yang berlaku, dan tidak akan merugikan masyarakat.
Sulkarnain menyampaikan, telah dilakukan penandatanganan kerja sama antara PT Kendari Kawasan Industri Terpadu bersama PT China Construction Yangtze River Indonesia pada 14 April 2022.
Penandatanganan perjanjian ini merupakan langkah awal menjadikan Kendari sebagai kawasan industri pengolahan dan hilirisasi nikel di kawasan Sulawesi Tenggara. Sebagai ibu kota provinsi tanpa sumber daya alam mineral, kota ini digagas untuk pengolahan nikel yang jumlahnya sangat besar di kawasan ini.
Meski masih tahap awal, ia melanjutkan, perjanjian ini merupakan langkah besar bagi Kendari untuk mewujudkan munculnya kawasan ekonomi baru di wilayah ini, bahkan Indonesia. Selama ini, Kendari seperti menjadi penonton akan kekayaan nikel yang hanya hilir mudik tanpa dampak berarti.
Industri hilirisasi nikel ini diharapkan memberi dampak besar bagi Kendari. Mulai dari penerimaan daerah dan negara, penyerapan tenaga kerja, perumahan, dan berbagai dampak ekonomi lainnya.
”Jadi, meski dikelola oleh swasta, kita tidak hanya menjadi penonton, tetapi ikut terlibat di dalamnya. Kami berharap hal ini segera terealisasi dan menjadi masa depan daerah,” kata Sulkarnain.
Komisaris Utama PT Kendari Kawasan Industri Terpadu, Herry Asiku menjelaskan, kawasan industri yang digagas sejak akhir 2020 ini memiliki lahan seluas 1.700 hektar di Kecamatan Abeli, Kendari. Meski begitu, di tahap awal ini, baru 400 hektar kawasan yang akan dikelola, khususnya pembangunan pabrik kimia pengolahan nikel.
Industri turunan pengolahan nikel ini akan menghasilkan sejumlah macam produk, seperti mangan, sulfat, dan bubuk nikel itu sendiri. Bahan tersebut merupakan bahan baku pembuatan baterai litium yang merupakan sumber energi mayoritas mobil listrik.
”Seperti kita tahu, Kendari dikelilingi wilayah kaya nikel dengan ratusan juta ton cadangan nikel. Ini yang ingin kami kembangkan agar memberi nilai tambah bagi banyak pihak,” ucap Herry dari laman Kompas, Jumat (15/4/2022).
Dalam proyeksi hilirisasi tahap awal, Herry menuturkan, pihaknya menggandeng investor asal China. Investasi diproyeksikan 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp14 triliun. Jika berlangsung lancar, finalisasi hingga pembangunan awal dilakukan tiga bulan mendatang. Jika berjalan, industri ini akan berkontribusi Rp2,4 triliun pada postur PDRB Kendari serta menciptakan 94.000 lapangan kerja.
General Manager of China Construction Third Engineering Bureau International Tang Liguo menyampaikan, pihaknya menaruh harapan besar terhadap kawasan ini untuk dikembangkan ke depannya. Terlebih lagi, perusahaannya telah lama bekerja di bidang konstruksi hingga energi di Indonesia.
”Kami percaya proyek industri nikel ini akan menjadi kebanggaan wilayah ini ke depannya, lalu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi secara luas,” tambah Herry yang juga Wakil Ketua DPRD Sultra ini.
Hery mengaku, masih ada beberapa izin dari pusat yang harus dilengkapi. Pihaknya juga menginginkan agar indsutri ini menjadi proyek strategis nasional.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Parinringi menyatakan terus memperkaya penyusunan Rencana Strategis Investasi di Sultra, dalam upaya mendukung pengembangan kawasan investasi di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Parinringi menjelaskan pihaknya juga akan melakukan berbagai langkah strategis guna menarik minat penanam modal, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maupun Penanaman Modal Asing (PMA) ke Sultra melalui berbagai daya tarik investasi yang bersifat clean and clear and ready to offer termasuk juga kemudahan berusaha lainnya ease of doing business yang didukung dengan iklim investasi yang baik.
“Untuk saling melengkapi dalam menarik investor untuk berinvestasi di Sultra turut didukung iklim berusaha yang sehat, kemudahan berusaha dan penguatan promosi penanaman modal yang efektif dan efisien melalui pendekatan teknologi digital serta dukungan pemangku kepentingan,” kata Parinringi.
Sehingga dengan pembangunan dan pengembangan kawasan industri Kota Kendari akan memberikan daya dukung terhadap peningkatan perekonomian dan kesejateraan masyarakat Sultra, setelah kawasan industri Morosi yang tengah dikembangkan.
“Dengan realisasi investasi pada kawasan industri ini salah satunya akan memberikan dampak pada penciptaan lapangan pekerjaan dan mengatasi persoalan pengangguran di daerah,” ujarnya.
Selain itu juga, kata Parinringi, penerimaan daerah dan negara pun akan meningkat dan berbagai dampak ekonomi lainnya akan memberikan Multiplier Effect tak hanya di Kota Kendari namun di Sulawesi Tenggara secara umum dan untuk Indonesia.
Lebih jauh Parinringi mengatakan, pembangunan kawasan industri di Kota Kendari ini sudah melalui kajian panjang. Sekaligus merespons program pemerintah pusat dalam melakukan hilirisasi.
“Kawasan industri ini juga nantinya diharapkan bisa mengelola nikel yang tersebar di berbagai daerah di Sultra,” tutup Parinringi.