JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyatakan terdapat kesenjangan biaya dalam pengembangan transisi energi di berbagai negara. Namun tantangan itu harus dilalui demi menghindari dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan bencana global.
“Namun terdapat kesenjangan pembiayaan antara negara maju dan berkembang dalam upayanya mengatasi perubahan iklim,” kata Arsjad, dilansir Antara, Jumat, 19 Agustus 2022.
Menurutnya, kesenjangan pembiayaan dalam mengatasi dampak perubahan iklim tersebut perlu diatasi melalui kolaborasi bersama antara negara maju dengan negara berkembang, seperti transfer pengetahuan dan teknologi.
Transfer pengetahuan dan teknologi juga diperlukan untuk membangun kapabilitas dan adopsi teknologi baru dalam bidang energi hijau serta digitalisasi di negara-negara berkembang.
Selain itu, Arsjad juga mengajak semua pihak untuk ambil bagian dalam pengembangan ekonomi dan menahan laju emisi yang kian hari makin memprihatinkan.
Untuk transisi energi menuju net zero emission pada 2060, ia menyebutkan, Indonesia hingga saat ini masih membutuhkan investasi sekitar USD25 miliar per tahun. Komitmen dan target itu bisa tercapai melalui kolaborasi yang kuat antara sektor swasta dan publik serta pihak internasional untuk membangun lingkungan hijau.
“Indonesia telah terbukti memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar di pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, angin dan tenaga surya dan itulah jalan kami harus memilih. Indonesia adalah masa depan energi terbarukan pemasok terbesar di Asia Tenggara dan dunia,” ujarnya.