JAKARTA – Langkah PT Telkomsel melakukan investasi di GoTo senilai USD 450 juta dinilai merupakan aksi korporasi wajar dan strategis perusahaan dalam memperkuat pertumbuhan bisnisnya. Fendi Susiyanto, Analis Pasar Modal sekaligus CEO Finvesol Consulting meyakini proses investasi yang dilakukan itu telah sesuai prosedur dan mekanisme yang berlaku di kedua perusahaan.
“Kalau dibaca di Anggaran Dasar GoTo di websitenya, jelas sekali disebutkan bahwa penambahan modal melalui pengeluaran efek bersifat ekuitas, seperti obligasi konversi yang dilakukan oleh Telkomsel ke GoTo, harus dengan persetujuan paling sedikit 2/3 pemegang saham. Mustahil rasanya kerjasama investasi seperti dengan Telkomsel itu hanya diputuskan oleh direksi apalagi seorang komisaris GoTo,” ujar Fendi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, keberadaan Singtel di sisi Telkomsel, sebagai pemegang saham, tidak akan memberikan lampu hijau jika investasi itu tidak dilakukan secara prudent dan memberikan benefit yang optimal kepada perusahaan.
Demikian halnya dengan GoTo. Fendi meyakini dengan banyaknya pemegang saham seperti Google, Visa, AIA, Astra International, Blue Bird dan nama-nama besar investor kelas dunia lainnya, tentunya memiliki mekanisme yang ketat dan pasti dalam mengambil keputusan kerjasama investasi.
Menurut Fendi perusahaan sekelas Telkom dan Telkomsel tidak mungkin berinvestasi dalam jumlah yang besar hanya dengan motif untuk untuk mendapatkan capital gain dari naik turunnya harga saham ataupun dividen secara jangka pendek, pasti motif nya adalah menjadi strategic partner yang memiliki tujuan jangka panjang untuk mendukung bisnis inti Telkom Group.
Selain aspek bisnis jangka panjang, investasi yang dilakukan oleh Telkomsel itu sejatinya juga menunjukkan peran dan dukungan BUMN terhadap pengembangan ekonomi digital dan keberpihakan terhadap ekonomi kecil.
“Sebagai ekosistem bisnis yang menaungi lebih dari 16 juta UMKM dan transaksi ratusan triliun per tahun, keberadaan GoTo sangat penting bagi ekonomi Indonesia. Peran BUMN (Badan Usaha Milik Negara) justru akan terasa nyata jika mereka bisa berinvestasi riil dan berdampak ke seluruh pelosok Indonesia seperti di GoTo ini,” kata Fendi.
Menurutnya, potensi nilai bisnis dari sinergi antara Telkomsel dengan GoTo sangat besar, yaitu dari sinergi operasional, sinergi pemasaran, sinergi keuangan. Telkomsel membutuhkan ekosistem digital seperti GoTo untuk mendongkrak pemasukan lini bisnis digital dan pertumbuhan bisnis secara keseluruhan.
“Langkah Telkomsel masuk ke ekosistem digital terbesar di Indonesia seperti GoTo ini merupakan keniscayaan. Sebagai pelaku bisnis mereka (Telkomsel) butuh pasar-pasar baru yang potensial untuk menjamin bisnisnya tetap survive dan tumbuh berkesinambungan,” terang Fendi.
Sumber: Jawa Pos