Subsidi BBM Bakal Dialihkan ke Kendaraan Listrik

oleh
Uwinfly, produk kendaraan listrik. (MIFTAHULHAYAT/JAWA POS)

JAKARTA – Menghadapi ancaman tren harga minyak dunia yang terus meningkat ditambah dengan isu lingkungan, pemerintah tengah menghitung ulang besaran subsidi BBM yang digelontorkan selama ini.

Penghitungan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apa saja yang bisa dikurangi untuk selanjutnya dialihkan pada energi yang lebih bersih, efisien, dan terbarukan seperti listrik.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan, belanja subsidi energi menjadi salah satu yang terbesar di tengah kenaikan harga minyak dunia.

”Dengan harga BBM saat ini, subsidi BBM untuk mobil mencapai sekitar Rp 19,2 juta per mobil per tahun dan subsidi BBM untuk sepeda motor mencapai sekitar Rp 3,7 juta per motor per tahun,” ujar Luhut di sela sambutannya pada acara GrabElectric di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi kemarin (12/7).

Luhut memaparkan bahwa Presiden Joko Widodo menginstruksikan untuk menghitung kembali semua yang bisa dikurangi dari penggunaan subsidi BBM. Hal itu juga bertujuan agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Karena itu, sambung Luhut, saat ini pemerintah juga mulai mendorong penggunaan kendaraan listrik. Tujuannya, mengurangi ketergantungan penggunaan bahan bakar berbasis fosil sekaligus keberlanjutan lingkungan.

Dalam rangka meningkatkan pengenalan masyarakat terhadap kendaraan berbasis listrik, sejumlah kementerian dan lembaga melakukan berbagai uji coba konversi penggunaan kendaraan listrik. Misalnya, sejumlah destinasi wisata seperti Bali dan Candi Borobudur.

”Kami ingin mengusulkan pembuatan sejumlah pilot project kendaraan EV atau kendaraan listrik dan itu bisa dikonversi dengan baterai listrik buatan dalam negeri. Dalam 2,5 tahun, apabila kita bisa buat, itu bagus,” urai Luhut.

Sektor swasta juga tak ketinggalan dalam mendukung edukasi dan transisi menuju kendaraan listrik. Perusahaan ride-hailing transportasi berbasis aplikasi Grab Indonesia menyatakan akan berjalan beriringan dengan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan mobil listrik kepada masyarakat.

Grab Indonesia melalui GrabElectric, yakni armada-armada yang menggunakan kendaraan listrik, saat ini telah memiliki sekitar 8.500 unit kendaraan. Terdiri atas roda empat dan roda dua. Sebanyak 8.500 unit armada kendaraan listrik tersebut tersebar di delapan provinsi di Indonesia.

”GrabElectric merupakan upaya Grab untuk mempercepat terbentuknya ekosistem kendaraan listrik di tanah air serta mendukung upaya pemerintah untuk memiliki lebih dari 2 juta kendaraan listrik pada 2030 nanti,” ujar President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Secara terpisah, pakar ekonomi Aviliani mengatakan bahwa kondisi ketidakpastian global saat ini membuat pemerintah tidak akan mampu terus-menerus memberikan subsidi BBM. Sebab, anggaran yang dihabiskan untuk subsidi BBM mencapai Rp 500 triliun. Saat ini, lanjut Aviliani, harga BBM sudah di atas USD 100 (Rp 1,5 juta) per barel, bahkan diprediksi naik di angka USD 150 (Rp 2,2 juta) per barel.

”Sekarang kalaupun inflasi kita terlihat bagus, itu kan salah satunya karena pemerintah menyubsidi BBM. Coba kalau BBM tidak disubsidi, pasti inflasi akan naik. Nah, seberapa jauh pemerintah bisa menyubsidi BBM, saya rasa itu paling jauh akhir tahun. Tahun depan tidak mungkin menyubsidi BBM terus,” ujarnya.

Dalam kondisi saat ini, Aviliani juga mengingatkan pemerintah untuk memberikan subsidi kepada masyarakat, bukan ke barang. Sebab, dia menilai akan sangat berbahaya. ”Selalu ada perilaku moral hazard, orang yang tidak patut disubsidi ingin disubsidi juga. Nah, ini perlu menjadi perhatian,” ujarnya.

Sementara itu, mengenai transisi basis kendaraan bensin ke listrik, khususnya di segmen roda empat, pemerintah perlu lebih masif memassalkan kendaraan listrik. Berdasar data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan kendaraan roda empat berbasis listrik masih sangat rendah.

Pada 2019, Indonesia menjual kendaraan listrik berbasis baterai hibrida (plug-in hybrid electric vehicle/PHEV) 25 unit dan kendaraan listrik hibrida (hybrid electric vehicle/HEV) 787 unit. Penjualan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) baru tercatat pada 2020 sebanyak 125 unit. Lalu, PHEV terjual 8 unit dan HEV 1.191 unit pada tahun yang sama. 

Sumber: Jawa Pos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *