BAUBAU – Bank Negera Indonesia atau BNI (Persero) Cabang Baubau, Sulawesi Tenggara, telah memasang sekitar 300 fasilitas Quick Response Indonesian Standard (QRIS) di pasar Wameo daerah itu guna memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran secara elektronik.
Pemimpin Kantor BNI Cabang Baubau, Rahmat Ferdiansyah, di Baubau, Selasa, menyebutkan pemasangan barcode QRIS di pasar Wameo yang dibantu organisasi pedagang pasar seiring juga dengan ditunjuknya pasar tersebut menjadi projek percontohan pasar digital oleh Departemen Dalam Negeri RI.
“Alhamdullilah, Kota Baubau sudah ada proyek percontohan pasar digital sehingga kita dengan digandeng Bank Indonesia (BI) membuat itu di 300 titik awal. Untuk titik berikutnya kita masih meminta Disperindag memberikan kita titik-titik berapa kios yang terdaftar,” ujar Rahmat usai Sosialisasi Pembayaran Pajak dan Retribusi Daerah melalui QRIS Menuju Baubau Smart City dikutip dari ANTARA.
Kegiatan yang dirangkaikan dengan pengguntingan pita Peluncuran Elektroniksasi Pembayaran Pajak dan Retibusi Daerah di Pasar Wameo oleh Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse itu, juga dilakukan pembayaran pajak kios oleh pedagang di pasar tersebut.
“Jadi acara tadi adalah inisiasi Bank Indonesia (BI) untuk menyosialisasikan kepada seluruh masyarakat Baubau. Jadi pada saat ini, BI menyelenggarakan di Baubau dengan tujuan menciptakan Baubau kota yang smart city. Dan ini searah dengan visi Kota Baubau menjadi kota yang maju sebagaimana yang disampaikan oleh Walikota La Ode Ahmad Monianse,” ujarnya.
Penerapan sistem transaksi elektronik, menurutnya, merupakan amanah dari presiden Joko Widodo untuk menjadikan seluruh kabupaten/kota menjadi smart city. Karena salah satu menjadi smart city yakni kota yang sudah melakukan elektroniksasi pada saat pembayaran.
“Jadi saat ini edukasi dengan sosialisasi yang perlu ditingkatkan atau dimasifkan supaya orang lebih terbiasa. Karena kebiasaan menerima uang tunai, lama-lama itu akan mengganti dengan masuk ke rekening, sehingga ini yang coba kita ubah,” katanya.
Pembayaran pajak dan retribusi atau transaksi melalui QRIS juga, lanjut Rahmat, memiliki beberapa keuntungan diantaranya menghindari terjadinya kebocoran keuangan daerah, memaksimalkan pendapatan dan memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi secara langsung.
“Seperti contoh bayar pajak sebesar Rp458.500 tidak usah lagi pakai kembalian, tetapi bisa dibayar langsung dengan jumlah tersebut. Kemudian, ini juga untuk mencegah penularan penyakit melalui uang secara fisik, yang mungkin ketika tangan kita kotor bisa adanya bakteri, termasuk lagi uang palsu, makanya dengan sistem digital ini untuk memudahkan,” ujarnya.
Sementara, Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse mengatakan, pentingnya menyesesuaikan penggunaan sistem transaksi digital yang saat ini dilakukan guna ke depan dalam penerapannya tidak lagi membuat bingung apalagi saat ini tingkat transaksi elektonik semakin tinggi.
“Jadi satu hal yang perlu kita syukuri Baubau hari ini sudah mulai maju lebih beberapa langkah dari daerah lain. Mungkin ke depan orang tidak akan lagi membawa duit, orang akan berbelanja dengan menggunakan transaksi elektronik. Sehingga dengan QRIS yang dibuat oleh Bank Indonesia akan lebih bermanfaat, karena pembayaran langsung masuk tanpa harus pakai uang kembalian lagi,” katanya.
Wali Kota Monianse juga menyebutkan bahwa sistem pembayaran digital melalui QRIS sudah terferivikasi dan terlindungi keamanannya dari segala macam kemungkinan-kemungkinan karena QRIS yang dibuat oleh BI sebagai hasil dari kolaborasi beberapa sistem.
“Mungkin hari ini kita masih agak bingung, masih sedikit bertanya-tanya untuk apa ini dan mengapa harus ada ini, tapi ke depan akan mendapat manfaat karena orang lain akan berbelanja dengan menggukanan sistem transaksi elektonik,” katanya.
Lebih lanjut kata dia, bahwa UMKM yang ada dipasar-pasar sejak dahulu sudah menjadi penyokong kehidupan dan penggerak perekonomian masyarakat sekaligus menjadi parameter kesejahteraan masyarakat. Namun sama dengan kegiatan lainnya, kegiatan UMKM harus mampu beradaptasi dengan perkembangan gaya hidup yang sangat berpengaruh pada kecenderungan konsumen.
“Makanya seperti saya sampaikan tadi bahwa kecenderungan konsumen ke depan itu akan bertransaksi dengan menggunakan transaksi digital, sehingga kalau hari ini kita mau lakukan ini sebenarnya untuk persiapkan sistem masa depan,” katanya, seraya menyebutkan banyak daerah yang belum melakukan ini.
Orang nomor satu di Baubau ini juga mengatakan program transaksi digital sudah diujicoba pada beberapa pembayaran seperti pajak bumi dan bangunan (PBB), sehingga bila masyarakat akan membayar PBB-nya tidak perlu ke kelurahan, kecamatan atau kantor pemerintah daerah lainnya.