JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan faktor global yang berasal dari Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok menjadi faktor utama yang menentukan kondisi perekonomian dunia tahun 2022 akan bertahan tumbuh positif atau sebaliknya.
“IMF sudah menurunkan pertumbuhan ekonomi tahun ini dari tadinya diproyeksikan 4,4 (persen) sekarang menjadi hanya 3,6 (persen). Saya sudah lihat beberapa laporan terakhir. Bahkan sekarang proyeksinya lebih rendah dari 3,6, (persen) bisa sampai 3,4 (persen) bahkan 3,2 (persen),” ungkap dia dikutip dari Jawa Pos, Kamis (12/5).
Menurutnya, kontributor penurunan proyeksi ekonomi dunia berasal dari konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga komoditas, energi dan pangan serta dampak perang lainnya. Maka dari itu, banyak lembaga keuangan yang melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Kemudian, Amerika Serikat juga mengalami inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang memengaruhi pelemahan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Alhasil, pasar modal global, bahkan di Indonesia juga mengalami pelemahan.
Selain itu, kebijakan zero covid tolerance di Tiongkok dengan lockdown ketat setiap ditemukan kasus COVID-19 berpengaruh terhadap permintaan dan kegiatan manufaktur negara tersebut.
Bahkan, kebijakan lockdown yang saat ini terjadi di kota-kota yang merupakan produsen dan mesin ekonomi terbesar seperti Shanghai menyebabkan purchasing managers index (PMI) manufaktur Tiongkok kontraktif 47 persen.
“Jadi, ekonomi ini tidak statis. Kita akan lihat kuartal ini seperti ini, kuartal depan terjadi ini. Perang yang kemarin diumumkan oleh Presiden Putin apakah akan berhenti atau tidak belum pasti juga. Ini semuanya menimbulkan ketidakpastian pada semester kedua tahun ini,” pungkasnya.