JAKARTA – Realisasi investasi sektor industri pengolahan sepanjang Januari–Maret 2022 mencapai Rp 103,5 triliun. Jumlah tersebut memberikan kontribusi signifikan sebesar 36,7 persen terhadap total nilai investasi Indonesia pada kuartal I yang mencapai Rp 282,4 triliun.
“Investasi sektor manufaktur pada kuartal I 2022 naik 17 persen secara year-on-year (YoY). Artinya, di tengah gejolak ekonomi global dan dampak pandemi Covid-19, kepercayaan diri para investor, khususnya dari sektor industri, masih sangat tinggi,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta Jumat (29/4).
Menperin menjelaskan, pihaknya proaktif untuk menarik minat para investor nasional dan global agar tetap menanamkan modal di Indonesia. “Guna memperkuat struktur manufaktur industri di dalam negeri sehingga bisa lebih berdaya saing global,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Agus, pemerintah bertekad untuk semakin menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pelaku usaha melalui pemberian berbagai insentif fiskal dan nonfiskal.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, pada kuartal I 2022, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri manufaktur sebesar Rp 25,6 triliun. Angka itu berkontribusi 18,9 persen terhadap total capaian PMDN yang mencapai Rp 135,2 triliun.
Realisasi penanaman modal asing (PMA) di sektor industri manufaktur sebesar USD 5,4 miliar. Yang menyumbang 52,9 persen dari total capaian PMA yang berada di angka USD 10,3 miliar.
“Sektor industri manufaktur memberikan kontribusi paling besar terhadap realisasi PMA pada kuartal I 2022. Kalau secara total PMDN dan PMA, realisasi investasi terbesarnya dikontribusikan industri logam dasar, barang logam, serta bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp 39,7 triliun,” papar Agus.
Capaian positif itu tidak terlepas dari jalannya kebijakan hilirisasi industri. Salah satunya, upaya penghiliran nikel yang tengah dipacu untuk mendukung percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik dengan pengembangan pabrik baterainya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyatakan, momen Lebaran akan menjadi katalis utama kinerja manufaktur pada kuartal II 2022. Lonjakan konsumsi domestik musiman yang terjadi setiap tahun dinilai selalu berkorelasi positif terhadap peningkatan kinerja manufaktur.
“Ini pun didukung pengendalian pandemi yang lebih baik daripada kuartal pertama serta efek positif dari relaksasi pembatasan mobilitas masyarakat dan PPKM,” ujar Shinta.
Di sisi lain, sambung Shinta, permintaan ekspor juga semakin meningkat sehingga turut mendukung kinerja manufaktur nasional. Khususnya yang berorientasi ekspor.
Meski demikian, pengusaha menilai pemerintah masih perlu mengatasi sentimen-sentimen negatif yang bisa mengerem pertumbuhan. Misalnya, inflasi dan kenaikan harga bahan baku.
“Namun, kami cukup yakin, pada kuartal kedua, kinerja manufaktur bisa lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I 2022,” tegasnya.
SEKTOR MANUFAKTUR DENGAN INVESTASI TERBESAR (3 TERTINGGI)
PMDN
Sektor | Nilai
Industri mamin | Rp 9,7 triliun
Industri kimia dan farmasi | Rp 4,6 triliun
Industri logam dasar | Rp 2,6 triliun
PMA
Sektor | Nilai
Industri logam dasar | USD 2,5 miliar
Industri kimia dan farmasi | USD 0,85 miliar
Industri mamin | USD 0,68 miliar
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM/Jawa Pos